Tak
Terduga
Gue
berjalan menuju ruang tes dengan perasaan gembira. Karena hari ini adalah hari
terakhir ujian semester ganjil disekolahku. Didepan ruang kelas, gue mendapati
sosok Vaness sudah duduk menungguku. gue berlari kecil menuju ke tempat Vaness
lalu duduk disampingnya.
“Ohayou, Vaness.”
“Ohayou, Fiska. Eh jadi gimana surprisenya Yuki?”
“Yaa, seperti yang gue bilang kaya kemarin. Kalo bisa
kita pesen kue yang besar, kita temuin dia sama Nino, trus kita kasih dia kado
yang berkesan. Dia kan ultahnya terakhir ditahun ini, kita kan juga sebentar
lagi mau lulus, kita kasih yang berkesan buat dia.”
“Tempatnya jadi di pantai kan?”
“Kamu masih mau ke pantai? Ini udah mulai musim hujan
lho, Ness.”
“Iya juga sihh, Fis. Yaudah kalo gitu di alun-alun aja.”
“Yadeehh, tinggal liat sikon. Hari sabtu lhoo yaaa…”
“Fis, kayaknya Nino lagi nggak disini. Dia lagi di
Yogyakarta.”
“Iyakah?? Oh, yaudah kalo gitu. Paling dia juga nggak mau
kok.”
“Yaudah ya, Fis. Aku mau belajar dulu.”
“Iya, Ness.”
Mapel
pertama pun selesai, tinggal mapel terakhir diujian akhir semester awal musim
hujan kali ini. Saat jam istirahat, gue duduk bersama Yuki. Banyak ucapan yang
dia dapatkan dihari ulang tahunnya yang ketujuh belas kali ini. Gadis berwajah
oriental, berjilbab, pintar, dan unyur itu sekarang sudah bertambah dewasa. Dia
termasuk yang termuda diantara gue dan Vaness. Kita sudah bersahabat sejak
berseragam putih abu-abu.
Ditengah
kesibukan untuk belajar, sesekali aku memandang wajahnya. Sedikit menjahilinya
agar membuatnya tersenyum kecil.
“Eh,
Yuki, liat kesini dehh.”
“Apa,
Fis?”
“Oh
iya, nambah tua.”
“Apaan
sih Fis?!!”, sambil tertawa kecil.
“Hahaha
ciyeh yang mau dapet KTP.”
“Hehehehe….
Yuki kamu tau nggak?? Si Rezqi.”
“Rezqi
kenapa?? “
“Jadi
gini…………”
Yuki bercerita panjang lebar tentang kedekatannya dengan
mantannya itu. Terkadang dia bingung dengan perasaan dia sendiri antara harus
masih mencintai Nino atau tidak, sedangkan Rezqi datang dengan perasaan yang
masih menyayangi Yuki. Terlihat sekali dimata sahabatku, itu.
*****
Gue mengecek lembar jawabku sekali lagi. Memastikan tidak
ada soal yang kulewatkan. Lalu mengumpulkan lembar jawaban kepada pengawas,
meraih tas gue dan berkemas untuk pulang. Masih terlalu pagi untuk pulang
secepat ini. Gue segera keluar ruangan berjalan menuju depan sekolah untuk
menunggu temanku.
Pulang
sekolah ini gue berencana tidur siang dirumah. Karena gue merasa tidak enak
badan sejak kemarin. Tidak lama kemudian temen gue datang dan ngajak untuk
pulang.
Sesampainya
dirumah, gue ganti pakaian dan segera merebahkan badanku ditempat tidur. Gue lihat
jam, ternyata masih jam 11. Akhirnya gue ketiduran.
******
Terdengar
suara orang dari jendela kamar
“Fiska…
Nak, bangun. Udah siang, kamu nggak sholat??”, teriak mama.
“Heeemmmmm…..”,
jawabku
Sambil
mengumpulkan nyawa, gue meraih ponsel. Terlihat dilayar ponsel 1 panggilan
tidak terjawab dan 3 pesan diterima. Mata gue terbelalak. Ternyata Vaness tadi
nelpon, gue semakin terkejut dengan pesan singkat Vaness.
“Fis,
lo disms Yuki nggak?? Gimana nih?”
“Fis,
bales dong.”
Gue lihat sms Yuki. Ternyata….
“Yuki,
ntar jam 3an kerumahku yaa, wkwkwkwk.”
“Waduhh,
gimana nihh?? Gagal dong rencanaku sama Vaness”, desah gue.
Kemudian
gue balas.
“Emang
ada eg, Ki??”
“Makan-makan,
Fis. Wkwkwk”
“Sama
temen-temen yang lain?”
“Nggak
kok, Cuma kamu, Vaness sama Rika.”
“Iya,
Ki. Insaallah yaa.”
Gue
terkejut, lalu sms Vaness buat minta kepastian. Tapi nggak dibales, mungkin
lagi tidur. Akhirnya sekitar jam 2an, gue sms dia lagi. Sebenernya gue ada
rencana buat kerumahnya yosi. Tapi sikon nggak mendukung.
Rencana
gue gagal. Pake rencana lain tapi masih bingung kadonya apa. Setelah kami
berdebat cukup panjang melalui ponsel. Kurang lebih jam 3, gue dijemput Vaness
lalu otw beli kado. Di toko kado pun kita masih bingung dan berdebat. Liat-liat
bajulah, milih boneka, bingung mo ngado Yuki apa. Akhirnya pilihan kita jatuh
kepada hiasan meja. Yaitu kya kaca yang ada airnya yang didalemnya ada
orangnya, trus kalo diputer keluar suaranya. Bagus, gue suka kok.
Cuss
gue sama Vaness otw kerumahnya Yuki. Sesampainya disana ternyata udah ada Rika
yang udah ngungguin kita dari tadi. Kita berempat pun kumpul kaya dulu lagi.
Seneng bisa ngobrol-ngobrol kaya dulu lagi.
“Lho,
Yuki, kamu dandan yang cantik dong. Masa kamu ultah pake baby doll sihh??”,
pinta Vaness.
“Hah??
Emang kenapa tahh?? Aku lagi males eg, pengen make baby doll.”, terang Yuki.
“Cepetan
ganti baju trus natr kita foto-foto.”
“Nggak,
ah. Eh ini silahkan dimakan jajanannya.”
“Iya,
Yuki….”
Waktu Yuki kedalem, gue dengan alesan baju gue gak rapih
masuk kekamar Yuki buat naroh kado diem-diem, gue tutupin sama selimut. Diruang
tamu Yuki, kita bercerita tentan segala hal. Selalu ada topic yang kita
bicarakan. Agak ngomongin aib orang lain juga sih sebenernya. Hehehehe…
Selang
beberapa menit kita ngobrol, mamanya Yuki keluar dengan 4 piring nasi kuning
dan beberapa potong kue.
“Kalian
tau nggak kenapa kalian diundang kerumahnya Yuki?? Itu lhoo Yuki ulang tahun
minta dirayain katanya.”, ejek mama Yuki.
“Ihh,
apaan sihh maahh.. ihh nggak eg..”, jelas Yuki.
“Tuhh silahkan dimakan nasinya.”
“Iya,
tante…”, jawab kita dengan senyuman kecil.
Masih
dengan topic yang sama, kita lanjut ngerumpi tentang suatu hal yang gak bisa
gue certain disini. Lalu kita makan nasi kuning, minum, dan masih mengobrol.
Kita janjian untuk hari sabtu kita akan pergi ke Jepara. Sekadar untuk
refreshing dan hunting.
Setelah
kita makan, kita lanjut ngemil kue dan ngemil macaroni. Tak lupa untuk
melanjutkan ngobrol. Selama kurang lebih satu setengah jam-an, kita memutuskan
untuk pulang. Kita janjian hari sabtu buat jalan-jalan.
Tapi
sebelum pulang, Vaness mo beli sepatu dulu. Yaudah beli, nyampe rumah agak
sore.
Akhirnya
nggak terasa sahabat gue udah tujuh belas tahun. Gadis berwajah lonjong, putih,
smart, bersahabat, dan unyur itu sebentar lagi dapet KTP. Semoga tambah yang
baik-baik ajadeh buat Yuki. J
****
Beberapa
hari kemudian, ada suatu hal yang mengejutkan. Hari rabu libur karena ada
pilkada serentak. Yuki maen kerumah gue buat liat chat2an gue sama Nino. Iya,
gue tanpa rasa gengsi minta penjelasan dari Nino. Keren banget jawaban dari
Nino. Yaudalah lupain ajalah. Setelah kita ngobrol bentar dirumah gue, gue
ngajak Yuki pergi kerumah Vaness.
Kita otw kerumah Vaness.
Sampe
disana, ada berita yang mengejutkan lagi. Choky, gebetannya Vaness ngajak
ketemuan. Sontak gue sama Yuki teriak gajelas. Seneng banget denger kabar itu.
Akhirnya, rencana hari sabtu diubah. Vanes ketemuan sama Chocky, sementara gue,
Yuki, dan Rika mantau dari jauh.
Dirumah Vaness kita buka-bukaan tentang soal
percintaan kita. Yahh namanya juga cewek. Tapi, hari kamisnya rencana semua itu
gagal. Vanes pengen ketemuan sendirian dan kita ngebatalin rencana yang udah
kita rencanain jauh-jauh hari itu.
Ada
satu adegan yang gue lupain. Kalo gak salah hari Selasa. Kan hari Senin, Yuki
ultah tuh, hari selasa itu disekolah gue agak free. Gue pulang sama Vaness, pas
mo ke parkiran, lewat kantin ketemu sama Yuki yang lagi lunch together with
David. Gue sama Vaness kaget, curiga kalo mereka udah jadian. Tapi gue bilang
nggak.
Nyampe
parkiran ketemu motornya Yuki. Gue lihat sampah, ada ide buat ngerjain Yuki
dengan buat variasi dimotornya. Pertama ggue ngambil plastic, gue iket distang
motornya, gue ambil kertas semen sama batu bata gue taroh dijoknya, gue ambil
plastic makanan gue iket distang yang satunya, plastic makanan gue taroh
diglodok motornya. Trus pas mo balik, gue liat pohon kresem, gue petik
batangnya yang agak besar gue taroh disela-sela stangnya, kanan kiri ada
pohonnya gitu. Trus pas gue balik, gue pelukan sama tiang parkiran. Yoi, bener
banget. Gue nabrak tiang parkiran, kepala samping gue natap sampe bunyi
JEDDUGG… Posisi gue meluk tiang parkiran. Sakit men! Sontak gue langsung jongkok
dan meringis kesakitan sendiri. Untung adek kelas kagak lihat gue tadi. Yang
tau Cuma gue sama Allah semata.
Kayaknya
itu karma deh gara-gara gue udah jahilin motornya Yuki.
Sekian dan terimakasih… J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar