Rabu, 28 Oktober 2015


KangenKue:*

Senja butakan mata
Samar, terlihat dari kejauhan
Duduk sendiri disini
Terpaku
Terdiam
Terkekang
Tenggelam
Terdampar,
Penuh emosi
Berteman sepi..
Perlahan kubuka mata
Kutersadar dari mimpi
Dan delusi
Perlahan kulupakan kamu
Butir demi butir kenangan,
Sudah tertiup angin
Tak ingin menoleh kebelakang lagi
Melirik masa depanku, kamu
Yang selalu melukis senyuman di raut wajahku
Dalam keramaian, aku masih merindukanmu

16-06-2014

Jumat, 16 Oktober 2015



Penyesalanku
Jum’at, 13 Juni 2014

Seusai pulang sekolah hari ini, ku sempatkan untuk membaca novel ‘Marmut Merah Jambu’ karya Raditya Dika diperpustakaan sekolah. Sekaligus untuk menenagkan diriku ditempat tersebut. Dua bab sudah kubaca, akhirnya aku berniat untuk pulang kerumah. Sambil menunggu jemputan didepan sekolah. Aku melihat lalu lalang kakak kelas yang sedikit melukis senyuman dipipiku. Terlihat kamu yang mengendarai motor bersama temanmu itu.

Awalnya tadi saat masih dikelas, aku melihatmu dengan tas jinjing laptop warna hitammu itu dengan seragam putih abu-abu yang kau kenakan yang selalu memikat mata ini untuk memandangmu. Detik demi detik berlalu. Menit demi menit pun berlalu. Sampai aku mendapat balasan pesan singkat bahwa aku akan dijemput. Saat itu pula kamu berlalu kesana kian kemari mengendarai vario putihmu dengan salah seorang teman dekatmu itu.

Duduk, diam, termenung, sendiri. Hanya aku dan satu temanku yang juga menunggu untuk dijemput. Ketika pada akhirnya kamu mengantar pulang temanmu kerumahnya yang hanya berjarak beberapa meter saja dari sekolah. Sampai pada akhirnya kamu menghampiriku dengan motor vario putih dan helm hitammu itu. Mengajakku untuk pulang bersamamu. Tapi.. Sungguh! Aku adalah manusia terbodoh didunia! Bukannya menerima malah menolak ajakannya itu. Mau bagaimana lagi kalu aku sudah dijemput, yang ada malah menambah masalah lagi. Percakapanmu yang membuat detak jantungku berhenti sekejap seraya menatapmu dalam-dalam.

O         :           “Ayo pulang sama aku.”
S          :           “Apa, kak?”
O         :           “Rumahmu Wedelan kan?”
S          :           “Iya”
O         :           “Lhaiya, ayo tak anterin”
S          :           “Aku udah dijemput eg, kak.”
O         :           “Oh, yaudah.”

Sungguh! Bodoh! Tolol! Sebuah kesempatan yang sangat kusia-siakan. Setelah berdialog denganku, kamu juga menawarkan kepada temanku untuk kamu antar pulang, tapi temanku juga sudah dijemput. Aku.. Aku.. Aku ingin menjerit keras dengan  lantang bahwa aku ingin duduk dibelakang motormu itu, Kak Okky!!!!!! Aku menyesal! Sungguh! Sangat teramat menyesal! Menyesali perbuatan yang telah menyia-nyiakn kesempatan itu. Bukankah kesemapatan tidak datang dua kali? Apalagi pada saat seperti tadi. Ah.. Bodoh bodoh bodoh!! Seharusnya aku tidak menyia-nyiakan kesemapatan tadi! Menyesal senyesal nyesalnya orang menyesal. 

Sesampainya dirumah, aku pun menjerit, meronta seperti orang gila. Menyesal dan menyesal. Andai aku punya mesin waktu, pasti akan kuulangi waktu tadi, aku tidak akan meminta jemputan dan aku akan pulang bersamamu. Seorang aku dan  kamu berada disatu kendaraan. Sebuah hal yang paling bersejarah bagiku.
Tapi apa daya, semua hanyalah penyesalan semata. Penyesalan memang selalu datang diakhir bukan?? Ah~ Yasudahlah…………………………………………………………………………..

Dari seseorang yang sangat menyesali perbuatannya siang ini
Aku.