Selasa, 26 Januari 2016

Sekarang


Selasa, 11 November 2014

Hari demi hari kulalui sendiri, dengan atau tanpa pesan singkat darinya. Aku mulai menjadi seperti dulu lagi. Saat dimana aku bisa menjalani semuanya sendirian, dengan atau tanpa lamunan. Aku mulai menghilangkan butir demi butir perasaan yang jatuh dan lenyap begitu saja yang datang dengan tiba-tiba. Semua perasaanku seakan menguap begitu saja ketika semua realita menunjukkan kebenaran yang pasti. Menjadikan delusiku selama ini hanyalah sebuah khayalan tingkat tinggi yang tak dapat kucapai sekalipun.
Sosokmu yang masih menjadi peran utama disetiap bunga tidurku dan jentikan jemari, maupun goresan tintaku. Aku masih ingat betul kenangan indah yang sempat kita ukir bersama. Dulu.. disetiap malam canda tawa renyah kita memecah keheningan, dalam kesunyian malam yang tak berujung dan taj bertepi. Menatap percakapan singkat kita diponsel. Mendengar senandungmu diujung telepon, pun setiap pertemuan singkat dan tatapan mata yang kita ciptakan. Mungkin selama ini kamu tidak pernah merasakan getaran hebat dalam dadaku setiap kali kita berpapasan. Kamu terlalu sibuk dengan sahabat dekatmu itu yang katamu kamu sangat sayangi itu. Ya, sahabat. Bukan aku saja, bahakan orang lain pun bilang begitu. Aku akui dulu, aku memnag cemburu padamu jika kamu melihatmu dengannya. Sakit, tapi ada perasaan yang beda dalam hatiku. Tapi sekarang.. perasaan itu seakan tenggelam dalam lautan air mata yang setiap malam kuteteskan entah untuk siapa.
Ya, aku tahu bahwa sahabatmu dan kamu tidak ada perasaan apa-apa. Tapi, ketika dia memanggil dengan sebutan yang kuanggap “sayang” itu cukup menggores luka tipis dihatiku. Entahlah, aku maish menjadi orang munafik didunia ini. Ada perasaan mengganjal yang membuatku bertanya-tanya. Apakah aku memang mencintaimu? Ataukah hanya ketertarikan sesaat saja? Meskipun berkali-kali kuungkapkan disetiap percakapan singkat kita di ponsel maupun disetiap goresan tinta yang pernah kau baca, mungkin kamu masih tidak akan mengerti. Iya, kamu memang tidak mengerti dan tidak mau mengerti tentang apa yang kurasakan selama ini. Terlebih disaat pesan singkatmu tak melayang diponselku. Terkadang tetes demi tetes rindu mengalir deras tanpa henti yang kemudian menggumpal dan berharap mencair denga sebuah pertemuan singkat. Meskipun aku selalu memandangmu dalam diam, memendam secuil perasaan, dan menyukaimu secara perlahan, mungkin kamu masih tidak tertarik denganku. Semua yang kau tulis dipesan singkatmu entah itu perhatian, kecupan berbentuk tulisan, atau apapun itu pasti semua hanyalah omong kosong belaka. Hanya janji-janji manismu. Ya, betul, kamu itu tukang pehape!! Tapi kamu tidak menyadari itu. Dasar tidak peka!!
Sekarang… aku mulai terbiasa dengan semua ini. Masalah yang kupendam, malam tanpa bintang, tanpa seseorang, keheningan dan kesunyian malam sekarang menjadi temanku lagi. Sekarang musim sudah berganti, usiamu sudah bertambah dewasa, dan sifatmu perlahan sudah mulai berubah. Aku pun begitu. Aku masih diberi kesempatan Tuhan untuk dapat menatapmu diam-diam dan mendengar desah suaramu dalam alunan, dan memandang tingkah lakumu dikeramaian. Aku syukuri itu. Sekarang.. aku sadar. Aku dan kamu tidak akan pernah menjadi kita. Sesuatu yang sulit tuk kupahami, yang masih menjadi misteri dikehidupanku selama ini. Biarkan waktu yang menjawab semua.
Setidaknya kamu sudah pernah membangkitkan inspirasi dan motivasiku dalam jentikan jemariku ini, Tuan.
Oh ya, satu lagi. Sepertinya aku sudah tidak berharap denganmu lagi. :p
Ketika semua berubah
Ketika musim mulai berganti
Ketika realita menunjukkan kebenaran
Dimalam yang tak berbintang ini,
Aku hanya ingin kamu mengerti bahwa..
Sekarang aku menjadi seperti dulu lagi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar